Sulsel.relasipublik.com LUWU – Tanaman aren digunakan untuk menjaga ketersedian bahan dasar pembuatan gula semut atau gula merah versi bubuk serta sebagai upaya merehabilitasi lahan kritis di areal kawasan Hutan.
Hal itulah yang saat ini dilakukan oleh Bapak Hoding yang berdomisili di Desa Kaladi Darussalam, Kecamatan Suli Barat, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan.
Sebagai pengusaha Gula Semut dari air Nira, Sekretaris Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) pada Kelompok Tani Hutan (KTH) Sepakat, Hoding mulai melestarikan tanaman Aren sekaligus merehabilitasi lahan kritis di Desa Kaladi.
“Usaha ini sudah tiga tahun saya jalani, demi menjaga ketahanan bahan baku saya mulai menanam Aren,” ungkapnya.
Hoding juga mengatakan jika produksi Gula Aren di tempat usahanya mencapai hingga 10 kg perharinya.
“Gula Semut yang kami produksi akan dipasarkan secara lokal karena produksi juga masih terbatas,” katanya.
Hoding mengatakan kalau Gula Semut yang yang diproduksinya itu diberi nama Gulana Professor.
Ismail Ishak yang merupakan tokoh pemuda dan sekaligus aktif dalam kegiatan sosial maupun politik Kabupaten Luwu menuturkan bahwa usaha tersebut merupakan salah satu solusi.
“Usaha pengelolaan gula semut yang dilakukan kelompok tani hutan Desa Kaladi merupakan salah satu solusi dan upaya untuk meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat sekitar hutan dengan mengelolah Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dan dengan adanya usaha ini tentu menjadi usaha untuk meningkatkan upaya pengelolaan kawasan dengan melakukan upaya penanaman aren dan pelestarian tanaman kehutanan,” tuturnya. (Ros)
Discussion about this post