Sulsel.relasipublik.com MAKASSAR – Nenek Ludya (74) pengidap kanker payudara yang berprofesi sebagai penjual bambu keliling sudah tiga tahun lamanya mengidap penyakit tersebut.
Kanker payudara merupakan kondisi ketika sel kanker terbentuk di jaringan payudara. Kanker bisa terbentuk di kelenjar yang menghasilkan susu (lobulus) atau di saluran (duktus) yang membawa air susu dari kelenjar ke puting payudara. Kanker juga bisa terbentuk di jaringan lemak atau jaringan ikat di dalam payudara.
Nenek Ludya tinggal disebuah rumah sederhana yang berlokasi di Jl. Hertasning, Kota Makassar bersama dengan suami dan ketiga anaknya. Rumah yang ditempati beliau sangat sederhana karena hanya berukuran 3×5 meter.
Demi upah hanya Rp 10-20 ribu dalam sehari, beliau rela berjalan kaki sejauh 10 Km demi menjual bambu yang ternyata milik orang lain.
Penyakit kanker payudara yang di derita Nenek Ludya tergolong parah karena lukanya telah membusuk dan bernanah.
Beliau rutin melakukan pengobatan di Rumah Sakit dengan menggunakan BPJS tetapi karena terkendala biaya transportasi, beliau tidak datang lagi untuk berobat.
Hingga akhirnya Tim Mobile Social Rescue (MSR)-Aksi Cepat Tanggap (ACT) Sulawesi Selatan menemui nenek Ludya di kediamannya.
Tim MSR-ACT rutin mendampingi dan membiayai pengobatan nenek Ludya di RS UNHAS sejak awal Oktober 2020 serta memberi bantuan pangan untuk memenuhi kebutuhan Nenek Ludya dan keluarga.
Pada Jum’at, 6 November 2020, Nenek Ludya meninggal dunia dan dimakamkan di Perkuburan Dadi Kota Makassar. Semoga Nenek Ludya di terima disisi Allah Swt dan Husnul Khotimah. Aamiin.
Meskipun nenek Ludya telah tiada tetapi tim ACT Sulsel tetap membantu keluarga Nenek Ludya dengan melakukan pembangunan kembali rumah Nenek Ludya.
Pembangunan dimulai sejak pertengahan November 2020 dan hingga kini telah mencapai 90% proses penyelesaiaan pembangunan.
Semoga apa yang telah Tim ACT Sulsel berikan kepada Nenek Ludya maupun keluarga mendapat balasan dari Allah Swt..
Discussion about this post